Memahami dan Memecahkan Soal dalam
Kehidupan
🌹🌹DR.Sitaresmi S Soekanto
Tarbiyah atau pembelajaran sesungguhnya adalah dari Allah SWT (Q. S Ali Imran ayat 190-191)
Kita sudah diberi text book berupa Al Qur’an (Q.S 2:185)
Kita sudah diberi pula guru yakni Rasulullah yang menerangkan cara menggunakan text book tersebut. (Q.S 33:21)
Kita diberikan pula contoh soal dan cara memecahkan soal (solve the problem) oleh beliau dengan studi studi kasus, pengalaman dan hikmah semasa beliau hidup dan semua terekam serta terabadikan dalam sunnah beliau (Sirah Nabawiyah)
Namun boleh jadi kita kurang rajin membaca dan terus membaca, memahami, mengerti dan menghafal text book, maka sering kali kita lupa rumus dari text book tsb saat itu menghadapi soal di kehidupan nyata
Kadang kita hafal rumus, namun pada saat menghadapi soal nyata di kehidupan kita lupa cara menggunakan rumus tsb untuk memecahkan soal karena kita kurang latihan cara penyelesaian soal
Kita kurang membaca dan mengulang contoh-contoh penyelesaian soal sebagaimana yang telah pernah dikerjakan oleh Rasulullah
Walaupun memang dalam kehidupan nyata ada soal soal yang biasa dan sudah ada contoh penyelesaian soalnya
Ada pula soal soal yang luar biasa, yang tak terpecahkan (unsolved problems)
Bila kita menghadapi situasi dan kondisi seperti itu , maka hendaknya kita kembalikan pada “Sang Pembuat Soal”, kita serahkan padaNya
Dia yang akan menyelesaikanNya
Sebab tidak semua harus dan bisa kita selesaikan
Ada banyak soal yang di luar jangkauan otak dan kemampuan nalar kita
Sebab ada saat, dimana hanya Dia, Allah yang mampu memberikan jawaban soal di luar rumus yang telah diberikanNya
Di saat itulah kita hanya harus berserah diri dan bertawakal serta percaya akan ada cara penyelesaian dan pemecahan soal yang terbaik
Sebab Dia lah yang menciptakan text book (Qur’an) , memberikan guru bagi kita (Rasulullah SAW), dan soal-soal untuk kita kerjakan
Sebab Ia Maha Tahu batas kemampuan kita untuk menyelesaikan soal-soal
Sebab tidak semua soal harus dipecahkan di dunia, di masa kita hidup
Boleh jadi kelak di akhirat akan terselesaikan dengan sendirinya
Tugas kita hanyalah berusaha terus membaca dan membaca ulang, memahami dan memahami ulang text book, membaca dan latihan soal sebagaimana dicontohkan guru kita melalui sunnahnya (kumpulan soal dan kunci jawaban)
Kemudian sedapat mungkin menghafal rumus-rumusnya (ikhtiar, sabar, tawakal) ketika menghadapi soal ke kehidupan nyata
Adakalanya kita memecahkan soal dengan sangat baik dan berharap nilainya baik.
Namun ada kalanya kita tidak bisa memecahkan soal dengan baik, bukan karena rumusnya yang salah, melainkan karena cara kita menggunakan rumus yang tidak tepat
Atau boleh jadi rumusnya tertukar, kita menggunakan rumus tawakal pada saat menghadapi musibah pandemic covid-19, pada saat kita harusnya berikhtiar menghindari dan memutus mata rantai penyebarannya sekuat tenaga kita.
Atau kita mengalami kesulitan memahami mana ibtila, musibah, adzab dan istidraj dalam peristiwa yang tengah terjadi saat ini.
Atau mungkin kita salah dalam memahami rumus sabar dalam menghadapi pandemic covid-19 saat ini.
Atau sebelumnya kita menggunakan rumus zuhud pada saat kita harus berusaha giat mencari nafkah bagi anak-istri.
Atau kita menggunakan rumus tawadhu pada saat harus menghadapi orang kafir. Atau tertukar cara penggunaan rumus ‘iffah’ dan ‘itsar’ dan masih banyak lagi kesalahan lainnya dalam menghafal rumus dan cara menggunakannya secara tepat dalam konteks soal yang tepat
Boleh jadi kita sekedar menghafal rumus dari 'text book' namun tidak benar-benar memahaminya sehingga tidak bisa menggunakan rumus-rumus tersebut untuk menyelesaikan dalam soal-soal di kehidupan.
Maka yang harus kita lakukan adalah terus membaca ulang, bertanya pada para guru pewaris (ulama) guru utama kita (para Nabi ), memahaminya dan bijak dalam memilih rumus dan terlatih cara menggunakannya secara tepat.
Lalu berharap agar nilainya baik di mata sang pembuat kehidupan, pembuat text book dan pembuat soal yakni Allah SWT
Apakah indeks kumulatif kita cukup untuk membuat kita lulus dan mendapatkan hadiah tertinggi berupa ampunan dan syurgaNya?
Tentunya kita berharap demikian
Selagi jatah usia dan jatah belajar masih Ia berikan maka mari kita terus berusaha sekuat tenaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar